Minggu, 23 Maret 2014

Koevolusi

Koevolusi

Lebah dan bunga telah berkoevolusi 
sedemikian rupanya keduanya menjadi saling bergantung satu sama lain agar dapat bertahan hidup.
 
          Dalam artian terluas, koevolusi adalah "perubahan pada objek biologis yang dicetuskan oleh perubahan pada objek lain yang berkaitan dengannya".[1] Koevolusi dapat terjadi pada berbagai tingkatan biologis: ia dapat terjadi secara makroskopis maupun mikroskopis. Tiap-tiap pihak dalam suatu hubungan evolusioner memberikan tekanan seleksi kepada pihak lainnya, sehingga memengaruhi evolusi pihak lain tersebut. Koevolusi pada tingkat spesies meliputi evolusi spesies inang dengan parasitnya. Hal ini merupakan contoh evolusi mutualisme yang berkembang seiring dengan berjalannya waktu. Evolusi yang berkembang karena faktor non-biologis seperti perubahan iklim tidak dapat dianggap sebagai koevolusi. Evolusi yang memiliki interaksi satu lawan satu seperti antara mangsa dengan predator, organisme inang dengan parasitnya, adalah koevolusi. Namun dalam kebanyakan kasus, hal ini tidaklah jelas. Suatu spesies dapat berevolusi sebagai respon dari tekanan seleksi dari banyak spesies lainnya, dan tiap-tiap spesies lainnya juga berevolusi merespon banyak spesies lainnya pula. Situasi ini dirujuk sebagai "koevolusi baur".

          Koevolusi adalah proses dua atau lebih spesies mempengaruhi proses evolusi satu sama lainnya. Semua organisme dipengaruhi oleh makhluk hidup disekitarnya, namun pada koevolusi, terdapat bukti bahwa sifat-sifat yang ditentukan oleh genetika pada tiap spesies secara langsung disebabkan oleh interaksi antara dua organisme.

          Contoh kasus koevolusi yang terdokumentasikan dengan baik adalah hubungan antara Pseudomyrmex (sejenis semut) dengan tumbuhan akasia. Semut menggunakan tumbuhan ini sebagai tempat berlindung dan sumber makanan. Hubungan antar dua organisme ini sangat dekat sedemikiannya telah menyebabkan evolusi struktur dan perilaku khusus pada kedua organisme. Semut melindungi pohon akasia dari hewan herbivora dan membersihkan tanah hutan dari benih tumbuhan saingan. Sebagai gantinya, tumbuhan mempunyai struktur duri yang membesar yang dapat digunakan oleh semut sebagai tempat perlindungan dan sumber makanan ketika tumbuhan tersebut berbunga.

          Koevolusi seperti ini tidak menandakan bahwa semut dan pohon tersebut memilih untuk berperilaku secara altruistik, melainkan perilaku ini disebabkan oleh perubahan genetika yang kecil pada populasi semut dan pohon yang menguntungkan satu sama lainnya. Keuntungan yang didapatkan memberikan kesempatan yang lebih besar agar karakteristik ini diwariskan kepada generasi selanjutnya. Seiring dengan berjalannya waktu, mutasi yang berkelanjutan menciptakan hubungan yang kita pantau sekarang. 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar